Fanfiction Category

Kamis, 24 November 2011

Love Hunter 4


Title               : Love Hunter
Author            : Shin Hyemin
Length           : Chaptered
Cast               : Choi Minho, Moon Sijoon & Other cast
Genre             : Romane, gajebot, tembak-tembakan (genre baru)
Rate               : G, PG -13
Disclaimer             : Baca aja, nanti juga ngerti sendiri ceritanya *bow
Summary        : Sebenarnya kemanakah Sijoon pergi? Lalu kenapa Hyuna dan Donghyun tidak kunjung kembali? Bagaimana nasib Minho dan perasaannya kepada Sijoon?
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
PREVIOUS PART
“Sijoon aku da…..tang” senyum ku hilang ketika tidak ada siapapun di kamar, hanya ada seorang suster di sana, “Suster, pasien kamar ini kemana?”
“Ah Moon Agassi?” tanya Suster itu, aku mengangguk, “Dia di pindahkan ke rumah sakit di Jeju”
Deg! Jantung ku seperti mau copot, pindah? Tapi kenapa tidak bilang? Kenapa kemarin Sijoon bersikap seolah baik-baik saja. Kenapa dia seperti ini? Meninggalkan ku di saat aku sudah yakin dengan perasaan ku? kenapa seperti ini? Argh! Kepalaku sakit sekali, tiba-tiba semua gelap. Terakhir yang kudengar adalah bunyi badanku yang membentur lantai
PART IV [One year later]
*Minho POV*
“Minhoooo…bangun!!” aish, suara eomma memekakan telinga ku, aku segera beranjak dari tempat tidur lalu masuk ke kamar mandi. Sepuluh menit kemudian aku sudah keluar dengan pakaian kantor ku. yah, setahun sudah berlalu, semenjak itu. Yeoja bernama Moon Sijoon tak pernah muncul lagi di  kampus maupun pikiran ku
Oke ralat! Hanya di kampus, tapi di pikiran ku dia masih terus ada. Sulit sekali melupakannya, padahal Appa dan Eomma sudah menjodohkan ku dengan puluhan yeoja lewat kencan buta, tapi tak ada yang bisa mengganti posisi dia di hatiku. Sekarang aku baru percaya pepatah dari benci jadi cinta
“Oppa, hari ini kau ke jeju kan? Sudah bawa pakaian dingin? Kan sudah masuk musim dingin” sahut Dongsaengku, Sulli. Ah, dia memang baik sejak dulu terhadapku, pantas aku sayang sekali padanya
“Ne, kau mau oleh-oleh apa Sulli ya?” tanya ku, hari ini aku ke Jeju untuk melihat perusahaan Appa ku. sekarang pun, aku bukan mahasiswa jurusan musik lagi, aku sudah menjadi Wakil Direktur di perusahaan Appa ku sekalian mengajar privat di tempat les piano sebagai sampingan. Setidaknya gelar sarjana musik ku tidak sia-sia kan?
Aku turun ke bawah dan mendapati kedua orang tua ku yang duduk di meja makan, aku duduk berdampingan dengan Sulli lalu mulai sarapan
“Minho, apa kau tidak mau mempertimbangkan Jung Krytsal?” tanya eomma, oh ayolah. Ini pagi yang cerah, dan aku tak mau membahas ini
Aku menggeleng, “Aku sudah membulatkan tekad eomma. Sampai aku bertemu Sijoon lagi dan mengatakan perasaan ku, aku tak akan mencintai siapapun” sahut ku, aku keren kan? Yeoja secantik Krytal saja masih mengalahkan kecantikan Sijoon
Aku menyelesaikan makan ku buru-buru lalu segera berangkat menuju bandara, aku tak mau ketinggalan pesawat gara-gara perdebatan bodoh mengenai kencan buta
“Ah, Pak.kau selalu terlihat keren” sahut manager pribadiku, Taemin. Yah, dia hoobae ku di kampus, dan sekarang dia jadi manager pribadi ku
Kami naik pesawat paling pertama sehingga saat sampai kami masih bisa Istirahat, setelah check in di hotel aku memutuskan untuk jalan-jalan sebentar. Pemandangan di sana benar-benar indah, aku terus berkeliling hingga tak terasa waktu sore dan aku sangat lapar. Akhirnya ku putuskan untuk masuk ke dalam sebuah kedai kopi sekaligus makanan ringan.
“Selamat datang” seorang yeoja menyapaku dengan senyum yang sangat manis, aku mengangguk lalu berjalan menuju meja bar, seorang namja sedang mendengarkan musik lalu tersenyum padaku
“Bisa ku bantu?” tanya nya, wah orang-orang di sini memang murah senyum
“Kopi…dan chese cake” sahut ku, namja itu mengangguk lalu menaruh catatannya di meja
“Nanti ada yang mengantarkan” sahut nya aku mengangguk dan mulai menunggu, 10 menit kemudian seseorang meletakan sepiring chese cake dan kopi di meja, aku mendongakan kepala hendak berterima kasih tapi…
“Yoon Bora?” tanya ku, orang itu menoleh ke arah ku dan melebarkan matanya
“Mi….Choi Minho?”
Yeoja itu – Bora? Dia temannya Sijoon kan? Kenapa dia bisa ada di Jeju? Kenapa dia bekerja di tempat seperti ini?
“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya ku, tapi dia tidak menjawab dan malah berbalik. Aku memegang tangannya
“Aish, Choi Minho Apa yang kau—“
“Mana Sijoon?”
Bora terdiam seketika, ia menelan ludah nya lalu dengan berat menatapku, “Kau tak perlu tahu dia di mana”
“Aku harus tahu” bentak ku, “Karena aku….”
“Kau mencintainya?” tanya Bora dengan wajah serius, aku mengangguk. “Tapi dia tidak bisa punya anak, status Hunter nya akan membebani mu”
“Kalian masih Hunter?”
Bora mengangguk kikuk, “Kami tak mungkin melepas lisensi kami, Kim Seonsangnim pun meminta untuk bertahan sebentar lagi sampai Lee Sohee tertangkap” sahut nya, “Sijoon pun juga sama, dia bersikeras akan menangkap Sohee dan calon eommanya. Sepertinya dia sangat sakit hati”
Aku tertegun, Sijoon ada di sini? Entah takdir apa yang membawa kami bertemu kembali. Aku senang sekali
“Bisakah aku bertemu dengannya?”
“Percuma, meskipun kau bilang kau mencintainya, hati nya sudah tertutup. Dia takut tidak bisa membahagiakan siapapun yang di sayanginya karena tidak punya anak. Untuk itu dia memutuskan tak akan menikah dengan siapapun dan tak akan mencintai siapapun” sahut Bora dengan nada pelan, “Lebih baik kau tak menemuinya Minho, itu lebih baik”
Bora hendak berbalik namun aku berhasil menarik tangannya lagi, “Kumohon Bora, aku mencintainya. Tak masalah tak bisa punya anak, aku hanya ingin menjaganya Bora”
Bora terdiam kemudian menghela nafas, “Ikut aku” sahut nya, “Young Saeng, tolong jaga sebentar”
“Yap, baik Noona” jawab namja yang tadi melayani ku. aku di bawa naik ke lantai dua, begitu pintu terbuka aku agak terkejut. Ternyata mereka tinggal di atas kedai kopi milik mereka
“M…Bora, tadi itu siapa? Dan ini kedai siapa?”
Bora menoleh ke arah ku, “Ini salah satu cabang kafe milik Key, dan yang tadi itu Dongsaeng Gayoon, namanya Heo Young Saeng” jawab nya, tidak lama kami berhenti tepat di ruangan yang sepertinya adalah dapur
“Sijoon sedang apa?” tanya Bora lalu melangkah kan kakinya masuk ke dalam. Yah, Choi Minho. Siapkan hatimu.
Aku mengutil Bora di belakang nya. Ku lihat di dapur seorang yeoja berambut panjang sedang memasak. Diakah Sijoon? Bahkan dari belakang saja dia terlihat sangat menawan
“Sijoon….aku membawa seseorang”
Yeoja itu berbalik dengan memasang senyumnya. Tapi setelah melihat ku senyum nya memudar seketika
“Min…ho?”
*Sijoon POV*
“Min….ho?”
Benarkah namja di depan ku ini Minho? Di mana Bora bertemu dengannya. Aku…aku….aku sangat terkejut
“Ayo duduk” perintah Bora, Minho mengangguk lalu duduk di meja makan tanpa melepas pandangannya dariku. Aish, sedangkan si Bora malah melengos pergi ke ruang tamu
Aku berbalik mencoba kembali memasak, tapi pikiran ku masih ke namja itu. Bagaimana dia bisa tahu aku ada di Jeju? Bagaimana dia bisa tahu tempat ini?
“Apa kabar?” tanya Minho membuka pembicaraan, aduh bagaimana ini? Haruskah aku bersikap dingin? Bersikap normal dan seolah tak terjadi apa-apa? Atau bersikap orang paling di kasihani sedunia?
“Hm….baik” jawab ku, “Kau sudah lulus kuliah kan?”
Aku melihat Minho mengangguk, “Kau?”
“Aku cuti untuk dua tahun” aku berbalik lalu menatap Minho, “Bagaimana caranya kau bisa ada di Jeju?”
Minho menunjukan seulas senyum, aish aku tak mau melihat senyum itu. Apalagi setahun yang lalu aku mengetahui kalau dia itu….yah, menyukai ku.
“Aku menjadi wakil direktur di perusahaan Appa ku, dan aku ada tugas di sini selama seminggu” jawab Minho, “Hm….kenapa kau tak kembali ke Seoul?”
“Aku ingin mengubur kenangan buruk di sana” jawab ku singkat sambil meletakan secangkir teh yang ku buat untuk nya, “Aku tak mau mengingat kejadian di mana aku kehilangan kesempatan menjadi seorang Ibu”
“Semua orang di Seoul adalah kenangan burukmu?”
“Ya, tak terkecuali” jawab ku singkat
“Termasuk aku?”
Aku terdiam. Kenapa Minho bertanya seperti itu? Kenapa aku merasa Minho seperti sangat kehilangan diriku? Oh ayolah, di Seoul jutaan yeoja cantik berlalu-lalang setiap harinya
“Kau menganggap ku kenangan buruk mu sedangkan kau tak tahu apa yang ku rasakan?” tanya Minho dengan nada dingin, tapi aku tahu di situ juga ada nada sedih
“Aku….” Aku terdiam cukup lama, aku sama sekali tidak tahu mau bicara apa, “Aku bukannya menganggap Seoul buruk, hanya saja banyak kejadian tak mengenakan terjadi pada ku selama aku di sana”
“Aku pingsan ketika kau tahu di pindahkan ke Rumah Sakit Jeju. Dan selama setahun ini aku mencoba melupakan mu, ternyata sulit sekali” tutur Minho, “Aku menyukaimu Sijoon”
Mataku melebar, kata-kata yang terlontar dari bibir nya itu sukses membuat jantung ku berdegup cepat sekali
“Sijoon, gwenchana?”
Aku menatap nya, “Ne, gwenchana” jawab ku singkat. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki, dan ternyata itu Gayoon, oh syukurlah dia datang
“Minho?” sahut Gayoon, “Bagaimana kau bisa ada di Jeju?”
“Aku ada tugas lapangan” jawab Minho singkat, Gayoon mengangguk lalu menatap ku
“Jonghyun telpon, upacara pemakaman sudah selesai. Secepatnya dia, Key, dan Kyuhyun akan kembali ke Jeju bersama Kim Seonsangnim”
Minho menatap Gayoon dengan tatapan bingung, “Siapa yang meninggal?” tanya nya
Gayoon menatap Minho kemudian menatap ku lalu tersenyum, “Lebih baik Sijoon yang cerita, aku masih harus mengurus kedai di bawah. Young Saeng, Yoo Kyung, dan Bora tak sanggup menghadapi pelanggan yang banyak datang”
Gayoon keluar dari dapur kembali meninggalkan ku dan Minho berduaan, “Oke, sekarang jelaskan. Siapa yang meninggal”
Aku menghela nafas berat, “Donghyun, kembaran Jonghyun. Salah satu dari gengster Boyfriend, dia tewas. Enam bulan yang lalu dia di temukan di dalam jurang” sahut ku dengan nada agak berat, dan aku bisa melihat Minho terkejut, “Bukan Cuma Donghyun, bahkan semua anggota Boyfriend tewas. Minwoo, Kwangmin, Youngmin, Hyunseong,Jeongmin, Donghyun. Semuanya.”
“Penyebabnya?”
“Tak ada yang tahu” jawab ku, “Dan yang parah, Hyuna masih menghilang sampai sekarang”
“Jeongmal?”
Aku mengangguk, “Sebenarnya, karena kau di sini. Aku ingin menjelaskan sesuatu padamu. Aku mau meluruskan tentang Hyuna dan Jonghyun”
“Mwo? Apa yang perlu di luruskan?”
Aku menghela nafas sekali lagi, “Kau pernah bilang padaku, Jonghyun itu jahat pada Hyuna. Yang sebenarnya jahat itu Hyuna. Dulu, ketika Jonghyun dan Donghyun masih kecil, Kim Seonsangnim pulang dari Amerika membawa gadis kecil yaitu Hyuna. Sejak saat itu Hyuna di anggap sebagai bagian keluarga Kim. Jonghyun sebenarnya sangat meyayangi Hyuna, tapi sikap yeoja itu acuh tak acuh. Seringkali Kim Seonsangnim memarahi Jonghyun karena dia di fitnah Hyuna. Bahkan Donghyun jadi membenci Jonghyun gara-gara Hyuna”
Minho mengerutkan dahinya, “Lalu kau percaya dengan semua itu?”
“Pelayan keluarga Kim yang cerita. Di tambah cerita Bora. Yeoja itu teman kecil Jonghyun dan Donghyun” umpat ku, “Kau pasti kesal karena aku bercerita begini ya?”
Minho menggeleng, “Teruskan. Lagipula, kau tahu aku menyukaimu, bukan Hyuna”
Aku tersenyum tipis, “Semakin dewasa, Hyuna semakin aneh. Sering tertawa sendiri tiap malam, selalu bertingkah kasar dengan orang rumah. Dan setelah ku amati dari setiap tingkah nya, dia mengidap kelainan jiwa”
“Kelainan jiwa?”
Aku mengangguk, “Dia trauma dengan sesuatu yang berbau Hunter” sahut ku, “Makanya dia bilang kalau Hunter itu pembunuh bayaran”
“Bagaimana bisa dia trauma?”
“Kim Seonsangnim tak sengaja menembak Ayah nya yang seorang Hunter” jawab ku dengan agak pelan, “Dan coba tebak siapa Ayah Hyuna? Dia Lee Seonsangnim guru sd kita yang suka menghukum kita berdiri di koridor”
“L….Lee Seonsangnim? Dia sudah meninggal?” tanya Minho, wajah nya pucat. Sepertinya dia sangat terkejut dengan hal itu
“Sudahlah, jangan bahas itu lagi” jawab ku sambil berdiri, “Kau tidak pulang? Hari sudah malam”
Minho berdiri lalu tersenyum, “Besok bisakah kau temani aku?”
Aku mengernyit, “Kemana?”
“Ke pantai dekat sini saja, aku ingin kau menjadi tour gate ku. bisa kan?”
Aku tersenyum kecil, “Kenapa tidak” jawab ku, “Sudah sana pulang, eh iya. Kau tidur di mana?”
“Hotel” jawab Minho
Aku mengangguk, “Hati-hati ya”
Minho mengangguk lalu keluar dari dapur dan turun ke bawah. Aku menghela nafas, Bora melihat ku dari arah ruang tengah
“Dia benar-benar serius” sahut Bora, aku menoleh padanya, “Dia bilang. Punya anak pun tidak masalah. Dia ingin menjagamu”
Aku tersenyum simpul lalu kembali ke dapur, “Dia harus menungguku sampai aku berhenti menjadi Hunter. Aku tak mau dia terus khawatir”
Ku lihat Bora tersenyum melihat ku. jujur saja, saat melihat Minho di sini aku sangat senang. Dan, sepertinya aku memang tak bisa berbohong kalau aku menyukainya juga. Tapi…aku sudah bertekad bulat tidak akan menikah. Tapi Minho….dia….
***************
 Hari ini aku bersikap seperti orang tolol, bingung mau memakai baju apa saat bertemu Minho nanti siang. Yang ku lakukan pun hanya mengacak-acak lemari pakaian yang membuat Gayoon marah, hh…mian Gayoon-ah
“Kau pakai saja ini” bentak Gayoon sambil melempar T-shirt berwarna merah dan jeans berwarna hitam, yah lebih baik memang pakai baju biasa saja lalu di tambah jaket, karena udara di Jeju sudah mulai dingin sekali
Aku bergegas berganti pakaian lalu turun ke bawah untuk pamit dengan Bora
“Bora-ya, aku pergi dulu” sahut ku, “Kalau Kyu,Key,Jjong sudah kembali beri tahu lewat ponsel ya”
Kulihat Bora hanya mengacungkan jempolnya lalu kembali melayani pelanggan yang baru saja datang. Sedangkan aku langsung keluar dari kafe. Yah, selama setahun di Jeju, ini yang ke tujuh kalinya aku keluar rumah. Bisa di hitung sekali kan? Setelah kecelakaan buruk itu aku jadi gampang lelah. Sehingga Bora dan Gayoon bilang untuk jangan pernah keluar rumah. Tapi sekarang demi Minho? Aku rela keluar rumah meskipun cuacanya dingin sound’s cool?
***************
*Minho POV*
Aku seperti mengalami sebuah keanehan. Hari ini, feeling ku aku harus memakai kemeja warna merah dan jeans hitam dan jaket kulit favoritku. Saat sampai di Pantai, aku melihat Sijoon memakai kaos dengan warna sama dengan kemejaku, jeans yang sama dan jaket berwarna sama. Oh, kami makin mirip couple yang akan kencan musim dingin
“A…annyeong” sapa ku gugup. Jujur saja, hari ini dia terlihat sangat kyeopta. Tidak terlihat seperti yeoja berumur 24 tahun. Lebih kelihatan seperti 18 tahun *Sijoon ngefly*
“Annyeong” jawab Sijoon sambil tersenyum, “Udara sudah mulai dingin, kau mau kemana saja? Akan ku antarkan”
Aku mengangguk, kami mengunjungi banyak tempat hari itu. Sangat menyenangkan, kami seperti sedang kencan. Untunglah hari ini Taemin dengan ikhlas menggantikan ku di perusahaan Appa. Aku beralasan kalau mau jalan-jalan dan melihat keadaan sekitar perusahaan. Dan dia percaya! Oh Taeminnie ku, mianhae..aku hanya ingin menghabiskan waktu dengan yeoja yang ku cintai hari ini saja.
Aku dan Sijoon sedang istirahat di sebuah kedai teh di pinggir jalan. Yeoja itu bilang, teh di sini sangat nikmat. Apalagi Thai Ice Tea nya
“Enak?” tanya nya
“Mashita” jawab ku sambil meneguk segelas teh lavender, “Katanya kau tak pernah keluar rumah, bagaimana kau tahu kalau teh di sini enak”
“Setiap pulang dari kampus aku minta Young Saeng membelikannya” jawab Sijoon, “Tiga bulan pertama di sini aku juga sering jalan-jalan tapi karena terlalu melelahkan Bora memaksaku jangan keluar rumah supaya kesehatan ku bisa terpantau”
“Kau….benar-benar syok ya, tak bisa punya anak?” tanya ku dengan hati-hati, aku takut Sijoon sedih seperti dulu
Yeoja itu memandang langit kemudian tersenyum, “Dulu memang aku sangat sedih. Aku suka anak kecil, dan aku ingin punya anak. Tapi ku rasa itu hanya akan jadi mimpi saja. Padahal aku sudah memikirkan nama anak ku nanti”
“Nugu?”
“Hee Young” jawab Sijoon, nama yang bagus. Ternyata dia memang ingin sekali jadi seorang Ibu
“Hm,Choi Hee Young. Itu nama yang bagus kan?” tanya ku, ku lihat wajah nya memerah. Aish yeppo yeoja
“Kenapa jadi Choi Heeyoung?”
Aku tersenyum geli, “Itu nama anak ku dan anak mu” jawab ku sambil tertawa kecil, Sijoon semakin salah tingkah, “Aku ingin kau menikah dengan ku. tak masalah kita tak punya anak, kita masih bisa mengadopsi kan?” ah, akhirnya kata-kata itu kelua juga dari mulutku
Sijoon menghela nafas lalu menatap ku, “Kau bisa menunggu ku?” tanya nya, “Sampai aku bisa menangkap Sohee dan Sunye. Kau bisa menungguku? Sampai aku berhenti menjadi Hunter, kau mau menungguku? Aku tak mau sesuatu terjadi padamu Minho. sungguh”
Aku tersenyum menatap nya, Sijoon. Jika kau minta aku untuk menunggu seribu tahun pun akan ku lakukan. Rasanya aku sudah gila karenamu. Dulu, aku benci sekali denganmu, kau jahat, tukang penindas yang lemah, dan selalu menang sendiri, selalu di expose oleh guru dan di cap sebagai kriminal di saat kau kelas 5 sd. Yah, tidak beda jauh sih dengan ku. waktu sd tak pernah mengerjakan tugas, selalu bolos jam-jam tertentu. Anggap saja aku ini Sijoon ke dua.
Aku menarik Sijoon ke dalam pelukan ku. ini pertama kalinya aku memeluk nya, rasanya hangat dan sangat nyaman
“Aku menyayangi mu” sahut ku pelan sambil mempererat pelukan ku, masa bodo dengan orang-orang di kedai ini yang melihat kami.
“Hm, aku juga” jawab Sijoon, aku tersenyum mendengarnya, aku melepas pelukannya lalu tersenyum
“Ku antar kau pulang”
Sijoon mengangguk, setelah membayar aku langsung keluar dan menggenggam tangannya menyusuri jalan hingga aku mengantarkannya pulang ke kedai
*Sijoon POV*
Aku naik ke lantai atas dengan perasaan yang sulit ku gambarkan. Senang? Terharu? Bahagia? Akhirnya Minho mengatakannya langsung kalau dia menyayangi ku. selama ini, aku pun juga menyadari perasaanku padanya. Tapi harus ku tahan, karena aku seorang Hunter dan aku masih punya kewajiban untuk menangkap Sunye dan Sohee
Aku menoleh ke ruang tamu lalu tersenyum, Kyuhyun, Jonghyun, dan Key sedang tidur-tiduran di sana sambil main game. Sepertinya mereka datang saat aku pergi
“Jjong, Kyu, Key” sahut ku, mereka bertiga menoleh kemudian tersenyum
“Bagaimana kencannya?” tanya Kyuhyun
“Apakah menyenangkan?” tanya Jonghyun
“Apa kalian kissu?” timpal Kyuhyun, dan langsung di pukul oleh Key dan Jonghyun. Aku hanya tertawa melihatnya
Drrt! Drrt!
Aku mengambil ponsel ku dari saku celana lalu menekan tombol hijau, “Yeoboseyo?”
“Datang ke perkampungan seongeup, atau kau akan menyesal”
Aku terdiam sebentar, “Nuguseyo?” tanya ku, Jonghyun menghampiriku lalu berkata ‘siapa?’ dan aku hanya menggidikan bahu
“Datang saja, atau kau tak pernah melihat muka namja tampan ini” sahut seseorang di seberang sana, aku mendengar suara teriakan di sana
“SIJOOON, JANGAN KEMARI!!” teriak seseorang di telpon, dan aku tahu itu….Minho!
“Apa yang mau kau lakukan?” tanya ku, “Lepaskan Minho, dia tidak tahu apapun”
“Haha, kalau begitu datang saja. Ku tunggu” sahut nya, “Ah iya, datang sendiri oke”
Klik, sambungan telpon terputus. Aku terdiam beberapa saat lalu berbalik dan berlari turun ke bawah tanpa menghiraukan kata-kata Jonghyun, Key, dan Kyuhyun yang terus memanggilku. Ketakutan ku selama ini benar terjadi, mereka menyandera Minho. Jadi sejak kami jalan-jalan tadi, mereka mengikuti kami? Aish, aku tahu siapa dalam semua ini…Lee Sohee..dan Baek Sunye…argh, kurang ajar
******************
*Auhtor POV*
“BORA!!! GAYOON!!!” teriak Jonghyun dari ruang tamu, tidak lama Bora dan Gayoon muncul dengan wajah penuh masker yang nyaris membuat Kyuhyun dan Jonghyun terlonjak. Kalau key sudah biasa meliat hal seperti itu
“YA! KALIAN SEPERTI SETAN” bentak Kyuhyun dan di sambut anggukan Jonghyun
“YA! Jangan berteriak Cho Kyuhyun” desis Bora lalu menatap Jonghyun, “Ada apa? Mana Sijoon? Rasanya tadi aku mendengar suaranya?”
“Dia pergi lagi” timpal Key, “Dan kami tak tahu dia pergi kemana”
“Mwo? Aish, kalian pabo namja! Kenapa tidak di kejar?”
“Dia sangat buru-buru, dia habis menerima telpon yang sepertinya misterius” jawab Kyuhyun, “Dia juga sempat menyebut nama Choi Minho. Dan dia berkata kalau Minho tak tahu apapun”
Gayoon dan Bora saling memandang kemudian menatap ketiga namja di depannya
“Pasti terjadi sesuatu dengan Minho” sahut Bora, “Jonghyun siapkan peralatan, Kyuhyun siapkan mobil, Key beritahu Young Saeng dan Yoo Kyung tutup kedai segera. Dan Bora, kita bersihkan dulu masker ini”
Semuanya mengangguk kemudian melakukan apa yang di minta Gayoon, setelah itu mereka berkumpul di belakang kedai, tempat mobil ke enam orang itu terparkir. Tidak jauh beda dengan di Seoul, mobil mereka masih berstandar high class.
“Bagaimana Jjong?” tanya Bora sambil menoleh ke arah Jonghyun yang sibuk dengan gps nya
“dari gps yang terpasang di mobil Sijoon, dia mengarah ke perkampungan seongeup” jawab Jonghyun, yang lain mengangguk paham
“Oke, lebih baik bergegas” jawab Key, “Sampai di sana kita berpencar, perkampungan seongeup lumayan luas kan”
Kyuhyun mengangguk, “Aku setuju”
“Kalau begitu ayo” sahut Gayoon lalu menutup mobil nya dan menjalankannya di jalan di ikuti oleh mobil lainnya. Akankah mereka berhasil menemukan Sijoon? Akankah Sijoon bertemu Minho?
:::TBC:::

Tidak ada komentar:

Posting Komentar